Monday, 2 May 2016

candi

C a n d i
Kata “candi” mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan,
antara lain empat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan
abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau tempat bersemayam dewa,
petirtaan (pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya bermacam-macam,
secara umum fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan
keagamaan, khususnya agama Hindu dan Buddha. Oleh karena itu, sejarah
pembangunan candi sangat erat kaitannya dengan sejarah
kerajaan-kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Buddha di
Indonesia, terutama di Jawa, selama abad ke-7 sampai dengan abad
ke-14.
Ajaran Hindu dan Buddha berasal dari negara India, sehingga bangunan
candi banyak mendapat pengaruh India dalam berbagai aspeknya, seperti:
teknik bangunan, gaya arsitektur, hiasan, dan sebagainya. Walaupun
demikian, pengaruh kebudayaan dan kondisi alam setempat sangat kuat,
sehingga arsitektur candi Indonesia mempunyai karakter tersendiri,
baik dalam penggunaan bahan, teknik kontruksi maupun corak
dekorasinya. Dinding candi biasanya diberi hiasan berupa relief yang
mengandung ajaran atau cerita tertentu.
Dalam kitab Manasara disebutkan bahwa bentuk candi merupakan dasar
dari seni bangunan gapura. Gapura sendiri bisa berfungsi sebagai
petunjuk batas wilayah atau sebagai pintu keluar masuk yang terletak
pada dinding pembatas sebuah komplek bangunan tertentu. Gapura
mempunyai fungsi penting dalam sebuah kompleks bangunan, sehingga
gapura juga nencerminkan keagungan dari bangunan yang dibatasinya.
Perbedaan kedua bangunan tersebut terletak pada ruangannya. Candi
mempunyai ruangan yang tertutup, sedangkan ruangan dalam gapura
merupakan lorong yang berfungsi sebagai jalan keluar-masuk.

No comments:

Post a Comment